Oleh: Faisal Amri Al-Azhari, M.Ag
Kita selalu mendengar dan hapal, ketika orang menyampaikaan muqaddimah setelah Pujian kepada Allah, maka menyanjung Nabi Muhammad saw, yang telah menyampaikan risalah-Nya sehingga keluarlah umat dari zaman jahilayah menuju zaman islamiyah, dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Ini kalimat yang sangat umum disampaikan dimana-mana saat berpidato atau ceramah.
Jika direnungkan, kalimat di atas. Sejauh mana kita menyakininya? Kalau buta sejarah dan umat tidak kuat membaca maka hanya ucapan kosong tanpa realisasi. Sejarah hidup Nabi dan Tokoh Islam seperti harta karun yang terus terpendam, dimana sebaliknya sejarah tokoh fiksi buatan Holywood dan Anime Jepang terus bermunculan hingga hidup di hati generasi melenial.
Bukti kalimat di atas “risalah-Nya telah mengeluarkan umat dari zaman jahiliyah ke islamiyah, dari kegelapan kepada terang benderang…” adalah sebagaimana Maulana Muhammad Ali dalam bukunya The Relegion of Islam (Islamologi) menjelaskan bahwa:
Islamlah yang mengobarkan semangat belajar di suatu negeri, yaitu Arab. Yang belum pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan sebelumnya, bahkan negeri itu pernah tenggelam ke dalam kepercayaan takhayul. Bahkan sejak zaman Khalifah Umar, Pemerintah Islam menangani pendidikan rakyat, kemudian kaum Muslimin membawa obor ilmu pengetahuan itu ke semua negeri yang mereka kuasai; di mana-mana mereka mendirikan sekolah, akademi dan perguruan tinggi. Kiranya tak berlebihan jika dikatakan bahwa Renaissance (abad kebangkitan) yang terjadi di Eropa itu dikarenakan agama Islam.
Dari penjelasan Maulana Muhammad Ali di atas telah membuktikan Eropa maju karena pengaruh Islam. Dunia ini maju karena Islam yang di bawa Nabi Muhammad saw yang membawa pencerahan dari zaman kebodohan menuju zaman terang benderang. Dari sini menjadi bukti bahwa kemajuan islam tidak bisa lepas dari semangat belajarnya.
Dari bukti sejarah Islam di atas, seharusnya menguatkan umat Islam sekarang untuk bangkit, yang saat ini terus dijajah di mana-mana. Sejarah Islam sendiri saja juga sudah dijajah. Khususnya contoh sejarah Islam di Indonesia yang dipelajari di bangku Sekolah bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 7 Hijriyah (teori Gujarat) yang diselewengkan oleh Cristian Snouck Hurgronje seorang orientalis Belanda masa penjajahan. Padahal yang benar Islam telah masuk pada abad pertama Hijriyah (teori Mekkah) sebagaimana yang dijelaskan Hamka dan sejarawan lainnya.
Jihad at-Turbani dalam channel YouTubenya mengatakaan bahwa “sejarah umat manusia” adalah “Sejarah Islam” yaitu sejarah perang kebenaran melawan kebatilan. Sejarah bukan hanya hiburan telinga semata tetapi sebagai senjata tajam untuk menghantam pemalsu sejarah.
Ini menunjukkan sejarah manusia adalah lahir dari Islam (lahir dari tokoh-tokoh Islam).
Karena Islam sendiri adalah agama para nabi sampai nabi penutup Muhammad saw. Sekaligus membuktikan bahwa pengaruh dari sejarah yang salah akan mengaburkan peradabaan dan melemahkan mental generasi sehingga mereka menganggap keturunan generasi tertinggal, dan tidak akan bisa memimpin dunia. Ini yang sedang kita hadapi sekarang semenjak runtuhnya Khilafah terakhir Islam Turki Usmani 1924.
Generasi islam melenial sekarang tidak diperhitungkan di mata dunia. Menjadi generasi terlambat dalam segala sisi. Sukses terlambat, dapat gelar sarjana terlambat, nikah terlambat, menjadi pemimpin apalagi selalu kalah dan terlambat malah jadi penjilat. Ini karena tidak peduli dengan sejarah dan uswah dari tokoh Islam yang selalu ditulis dengan tinta emas.
Orang-orang Orientalis, Barat, sangat besar perhatian mereka terhadap sejarah. Makanya mereka kuat untuk membaca, meneliti, melakukan riset demi riset sehingga ilmu pengetahuan ada di genggaman mereka sekarang ini.
Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya Michael H. Hart yang menempatkan 69 tokoh orang berpengaruh di dunia dari 100 tokoh adalah dari bangsa Eropa. Sedangkan Asia 18 orang, Amerika Serikat 8 orang, Amerika Selatan 1 orang, Selandia Baru 1 orang, dan Afrika 3 orang.
Masih dalam penelitian Hart, bahwa sebanyak dari 36 tokoh adalah semuanya ilmuwan dari 100 tokoh yang mengalahkan tokoh pemimpin politik dan militer yang hanya 31 orang. Ini jadi bukti bahwa ilmu lebih berpengaruh daripada kekuasaan. Karena itu, mereka bangsa Eropa sadar bahwa dengan mengkaji sejarah dan keilmuan akan mempengaruhi dunia dan seisinya dan lebih abadi.
Sebelum Barat dan para Orientalisnya sebagai pemerhati sejarah. Islam lebih dulu perhatiannya dalam mengkaji sejarah, keilmuan, dan keteladanan. Banyak ayat dan hadis serta sejarah membuktikan Islam cinta akan sejarah. Islam sekian lamanya menguasai dunia dan seisinya dengan ilmu dan peradaban. Namun sekarang kita dilemahkan itu dan dikaburkan sejarah emas yang pernah ditorehkan.
Muhammadiyah sendiri misalnya sebagai organisasi yang besar perhatiannya terhadap keilmuan dalam arti mengembangkan sejarah islam dengan pendidikan dan melanjutkan keteladanan Nabi Muhammad saw sebagai inspirasinya KH Ahmad Dahlan dalam menawarkan misi “Islam Berkemajuan” untuk tujuan membentuk peradaban yang dikenal dengan “ Din al-Hadharah ”, Agama yang membawa Peradaban, mewujudkan peradabaan utama, sebagai bukti wujudkan islam yang sebenar-benarnya.
Kita perlu mencontoh yang dilakukan Jihad at-Turbani yang perhatian besar akan sejarah islam. Salah satu perhatian besar yang dilakukan oleh seorang Pemuda Palestin ini, dimana saat ini terus mengangkat sejarah Islam dengan baik bahkan mengkritik bukunya Prof. Michael Hart, 100 A Rangking of The Most Influential Persons in History (100 Orang Paling Berpengaruh Di Dunia Sepanjang Sejarah).
Menurutnya walaupun menempatkan posisi Nabi Muhammad orang nomor satu dari 100 tokoh berpengaruh dalam sejarah manusia. Tetapi kenapa dimasukkan juga tokoh-tokoh penjahat dunia (mujrim) seperti Hitler, Jengis Khan, dan lainnya . Mereka ini tidak pantas disebut manusia berpengaruh tetapi penjahat dunia dan kriminal. Apa gunanya inspirasi menjadi manusia berpengaruh tetapi tidak ada nilai keteladanannya.
Jihad at-Turbani lebih prihatin lagi melihat kenyataan umat Islam bangga dengan bukunya Hart tersebut karena semata-mata nabi Muhammad diletakkan posisi pertama. Ini justru membuktikan umat Islam sekarang buta akan sejarah, bahwa yang pantas disebut manusia berpengaruh adalah dari kalangan tokoh muslim bukan seperti penjahat-penjahat dunia di atas. Karena semua tokoh islam syarat akan uswah apalagi pemimpin abadi sang al-Mustafa Nabi Muhammad saw.
Chanel You Tubenya yang berbahasa Indonesia “100 Tokoh Islam (Jihad at-Turbani)” sangat bagus di tonton bagi melenial yang mengenalkan sejarah Islam yang dipalsukan dan disembunyikan.
Beliau menegaskan bahwa sejarah bukan hiburan telinga semata tetapi sebagai senjata tajam untuk menghantam pemalsu sejarah. Sejarah umat manusia adalah sejarah islam yaitu sejarah perang kebenaran melawan kebatilan.
Jihad banyak merujuk kepada ulama dan pakar sejarah Islam seperti Dr. Ali ash-Shalalbi dari Libya, Raghib as-Sirjani dari Mesir, Ibnu Musa asy-Syarif dari Saudi, Ahmad Yusuf ad-Di’ej dari Quwait, Sa’id al-Kamli dari Maroko, Al-Muntashir al-Kattani dari Andalus, dan masih banyak lainnya seperti merujuk pada Fadel Sulaiman, Muhammad Imara bukunya Aqbad Muslimun Qabla Muhammad, buku al-Milal wa Nihal-nya Syarastani, Ibnu Hazm. Bahkan dari referensi non Islam juga beliau kutip seperti Prof. D. Kousoulas dalam bukunya The Life and Times Contantine The Greate, Achem Masiko dalam bukunya Church, Schim, and Corruption. Richard Patrick C. Hanson dalam bukunya The Search for The Christian Doctrine of God. Sejarwan Katolik Jerman M. Hoffman dalam bukunya Do Not Forget Life. Sejarawan Kristen Sawers (Ibn Muqaffa) dalam bukunya Tarikh al-Batharikah.
Referensi di atas sebagai bukti kritikan dan kajiannya yang mendalam dari Jihad at-Turbani. Sejak terbit bukunya tahun 2010 tidak berjalan mulus, banyak episode You Tubenya yang versi terjemahan Indonesia pun dihapus.
Bahkan Buku terjemahan bahasa Indonesia yang hampir beredar tidak jadi terbit. Penulis alami sendiri sudah memesan di beberapa Penerbit tetapi tidak ada. Alasannya tidak jadi terbit.
Ini membuktikan bahwa Sejarah Islam kita jangan sampai diketahui generasi melenial, generasi umat Islam, khususnya generasi muslim Indonesia. Perang Millah antara kita dengan Yahudi-Nasrani akan terus abadi (QS al-Baqarah: 120). Milah itu adalah agama, ideologi, pandangan hidup sebagai gazwah al-fikr / perang pemikiran.
Pemikiran terhadap sejarah emas Islam pasti mereka tidak akan rela diketahui oleh generasi islam sekarang. Makanya mereka berusaha keras agar sejarah islam benar-benar tenggelam tidak diketahui generasi melenial khususnya.
Bisa dibilang misi mereka sudah berhasil. Kita ambil contoh ketika disebut nama Zombi, Lapu-lapu, Manila, dan suku Indian.
Melenial kenal tokoh zombi adalah mayat hidup bahkan sudah dibuat gamesnya dan dimainkan anak-anak, Plants VS Zombi. Padahal Zombi adalah pahlawan muslim yang melawan penjajah di Brazil. Yup, Brazil yang kita kenal sekarang dulunya adalah daerah muslim sebelum orang Latin (Spanyol dan Portugis) datang menjajah. Akhirnya kita sekarang pun mengenal negara Amerika Selatan sebagai negara Latin bukan negara Muslim dan ini yang dipelajari sejak SD.
Begitu juga Lapu-lapu dikenal melenial sebagai salahsatu tokoh games di Mobile Legends. Anak melenial muslim yang mayoritas main games ini hanya mengenalnya sebagai tokoh khayalan padahal Lapu-Lapu adalah tokoh nyata seorang pemimpin muslim di Filipina yang melawan penjajah Ferdinand Magallan dari Portugis. Mirisnya di SD dipelajari bahwa Ferdinand Magallan ini tokoh penjelajah padahal penjajah.
Lalu, Manila adalah nama ibukota Filipina yang kita kenal bukan kota Islam yang pada awalnya adalah kota dengan nama aslinya kota “Fi Amanillah” hingga akhirnya kita hanya mengenal dengan Manila .
Terkahir, suku Indian. Generasi Melenial akan mengenalnya sebagai suku tertinggal di Amerika Serikat saat Columbus datang. Padahal fakta sejarahnya suku Indian adalah suku Muslim yang sudah berperadaban dan banyak mesjid di sana ketika Columbus tiba di Amerika. Celakanya kita sejak SD mengenal Columbus sebagai Penemu Benua Amerika padahal aslinya penjajah. Masa 600 tahun sebelum Columbus tiba sudah ada Penemu Benua Amerika (bahkan dikenal penemu “dunia asing” /Ardh Majhul) yang seorang Muslim bernama al-Khasykhasy ibn Sa’id ibn al-Aswad (abad 3 H) masa memimpinnya Abdullah bin Muhammad sebagai Khalifah Ketujuh Daulah Umayyah di Andalusia (spanyol).
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya kalau kita gali terus akan kita dapati bahwa dimana ada zaman dan tempat sebenarnya disitulah sejarah Islam. Persis kata Jihad di atas, sejarah manusia itu ya sejarah Islam. Hanya saja “sejarah itu” ditenggelamkan oleh mereka dan umat islamnya sendiri juga malas akhirnya mengenal islam itu kecil, tertinggal, dan terlambat.
Kenyataan ini membuat generasi kita hidup dalam ilusi dan kesesatan. Khsususnya mereka kehilangan figur dan idola nyata dari tokoh-tokoh Islam. Mereka lebih kenal idola khayalan dan figur ilusi seperti Dilan, Superman, Spiderman, dan Naruto.
Begitu juga kalimat qoutes yang diingat juga dari tokoh khayalan, lirik lagu hapal. Buktikan saja anak melenial sekarang lebih banyak hapal mereka lirik lagu daripada ayat Alquran dan Hadis. Pesan-pesan atau quotes tokoh khayalan lebih mereka kenal daripada quote pesan hikmah dari tokoh-tokoh Alquran dan Rasul saw sendiri.
Mereka hapal lirik lagu “sakitnya itu disini”. Seharusnya mereka lebih hapal qoutesnya Nabi saw “ attaqwa ha huna ” – takwanya itu disini. Sehingga membuat pemuda itu bangga dengan takwa di dadanya bukan sakit di hatinya.
Lirik “sakitnya itu disini” secara tidak langsung membuat mental melenial yang pesimis, baperan, dan tidak akan punya impian besar. Tenggelam dalam lautan cinta dan rindu karena sakit hati di khianati. Hedeh…
Mereka lebih hapal tokoh Dilan daripada Dahlan. Indonesia punya tokoh hebat pendiri Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan, seharusnya Dahlan sang kiyai ini yang dijadikan idola, hari Dahlan Nasional bukan hari Dilan Nasional yang diresmikan.
Padahal Melenial bisa buat imajiner dari tokoh Sang Penceraah ini, Dahlan1330 bukan Dilan1990. 1330 adalah tanggal lahirnya Muhammadiyah secara Hijriyah. Pesan imajinernya Ahmad Dahlan untuk pemuda sekarang sehingga menjadi Inspirasi “Dakwah itu berat, kamu tidak bisa pikul sendirian, berorganisasilah, bertaqwalah, berilmulah”. Jadi melenial harus buang jauh-jauh kalimat sampah “Rindu itu berat, kamu gak bisa pikul sendirian, udah biar aku aja”.
Demikianlah, betapa hebat pengaruh uswah (figur) yang dijadikan idola. Generasi melenial jangan sampai salah dalam memilih idola. Zaman melenial sangat banjir idola tapi gersang untuk dijadikan keteladanan.
Melenial tidak salah nalurinya secara instan untuk memilih idola, yang salah juga adalah peran orang tua dan pendidik wajib mengenalkan tokoh-tokoh yang pantas untuk diteladani. Karena tokoh-tokoh hebat lahir bukan dengan sendirinya, mereka lahir karena meneladani “Nabi Muhammad saw”.
Kiyai Dahlan sendiri jelas terispirasi dari uswah Nabi Muhammad. Lalu kita juga bisa ambil inspirasi dari Kiyai Sang Pencerah ini. Inspirasinya jelas bukan kaleng-kaleng level dunia. Ya, memberi inspirasi dalam “beramal jariyah” melalui hasil pemikiran dan impian besarnya yaitu Muhammadiyah. sampai sekarang sudah internasionalisasi ideologi di 22 negara (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah), 26.000 amal usaha, dengan aset 320 Triliyun, lalu tanah dan wakaf hampir 21 juta meter persegi yang lebih luas dari pulau Bali dan NTB. Ini baru namanya idola keren. Dahlan bukan Dilan. Sehingga penulis tidak berlebihan jika menyebut Dahlan sang Wali karena melihat pengaruh pemikiran dan usahanya untuk umat, meski dalam kalangan Muhammadiyah istilah wali jarang dikenal. Sang Dahlan keteladanannya yang layak di contoh.
Kiyai Dahlan dan Jihad At-Turbani adalah dua muslim yang sudah membuktikan tentang kecintaan mereka untuk meneladai teladan dari semua teladan, sang teladan abadi yakni Nabi Muhammad saw, yang mereka dapati dari menguasai sirah dan uswah.
Dari Sirah merangsang imajinasi dan Uswah menumbuhkan inspirasi.
Terakhir sabagai renungan kita, surah Yusuf ayat 111 :
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi ‘Alaihis Salam dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Ayat ini menjadi dasar bahwa sejarah/kisah (sirah) itu diidentikkan dengan pelajaran dan akal sehat. Ini artinya semakin mengetahui sirah semakin sehat akalnya dan tahu uswah siapa yang harus dipelajari.
Bahkan ayat tersebut menyandingkan “kisah” itu dengan “Alquran” sehingga sempurna petunjuk dan rahmat itu di dapat. Bahkan sebagai Isyarat bahwa semakin tahu sejarah islam semakin beriman.
Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib (Zainul ‘Abidin) mengatakan:
كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن
“Dulu kami diajarkan tentang sirah peperangan Rasulullah saw sebagaimana surah-surah Alquran diajarkan kepada kami”.
Alquran dan Sirah tidak bisa dipisahkan. Sirah wajib dipelajari sebagaimana wajibnya kita mempelajari Alquran. Alquran yang berisi tokoh teladan sebagai bukti sirah. Lalu uswah keteladanan tokoh tersebut yang wajib diikuti untuk membangkitkan ruh peradaban.